Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, sding membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Slavin mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial (Chairani, 2003:3).
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.
Ciri-ciri tersebut menempatkan metode pembelajaran kooperatif ini unik, karena selain membantu siswa memahami materi pelajaran juga melatih kemampuan siswa dalarn kerja sama kelompok.
Pada praktiknya metode pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak metode atau teknik. Menurut Chairarri (2003: 3) Ada beberapa model dalam pembelajaran kooperatif yaitu: TGT (Teams-Games-Tournament), TAI (Teams Assisted Individualization), LT (Learning Together), Gl (Group Investigasion), Jigsaw, STAD (Student-Teams-Achievement-Division).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam model pembelajaran kooperatif, diberikan beberapa jenis pendekatan yang salah satunya Student Teams Achievmet Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadiarti, 2001).
Pada STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dua laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001).
Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa (Permana, 2004).
Menurut Slavin 1998 (Permana, 2005) ada 5 langkah ulama di dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu
1. Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.
2. Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk setiap kelompok.
3. Tahapan Menguji Kinerja Individu
Untuk menguji kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis. Setiap siswa wajib mengerjakan tes atau kuis. Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.
4. Penskoran Peningkatan Individu
Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
5. Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah (Linda Lundgren, 1994; dalam Ibrahim dkk, 2000: l8), antara lain:
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2. Rasa harga diri menjadi tinggi.
3. Memperbaiki sikap terhadap matapelajaran dan sekolah.
4. Memperbaiki kehadiran.
5. Angka putus sekolah mejadi lebih rendah.
6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
8. Konflik antar pribadi berkurang.
9. Sikap apatis berkurang.
10. Pemahaman yang lebih mendalam.
11. Motivasi lebih besar
12. Hasil belajar lebih tinggi.
13. Retensi lebih lama.
14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Pada saat guru menerapkan pembelajaran STAD, menurut Nur (2005:89-94) ada sejumlah masalah yang dapat dialaminya:
1. Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri.
2. Siswa berperilaku menyimpang.
3. Siswa terlalu gaduh.
4. Ketidakhadiran.
5. Siswa tidak dapat menggunakan waktu latihan tim secara efektif.
6. Rentang tingkat kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran kelompok.
7. Penggunaan sistem skor perbaikan individual.
a. Sistem skor perbaikan individual dikatakan adil karena untuk memberikan poin maksimum, setiap orang harus menunjukkan perbaikan, tidak hanya melakukan seperti apa yang dilakukan sebelumnya.
b. Karena ada skor maksimum 30 poin yang mungkin diperoleh, dan karena pekerjaan sempuna selalu mendapat poin 30, maka ada siswa yang memiliki skor dasar rendah dapat memperoleh jumlah poin lebih tinggi daripada seseorang yang mendapat skor kuis terbaik yang mungkin dicapainya.
c. Meskipun poin tim didasarkan pada perbaikan, nilai tim masih tetap ditentukan menurut cara seperti biasanya Akibahya, siswa dengan kinerja tinggi yang tetap tinggi dalam kinerjanya akan tetap memperoleh nilai tinggi.
d. Karena kuis tertentu begitu sulit, sehingga hampir setiap orang mendapat poin perbaikan nol.
Tahap-Tahap/Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Rachmadiarti (2001), terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase dan Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa:
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi:
Guru rnenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3 Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar:
Guru menjelaskan kcpada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara elisien
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi:
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Memberikan penghargaan:
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun basil belajar individu dan kelompok (Rachmadiarti, 2001 : 8)
Konsep Belajar Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).
Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :
l) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran
2) KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah
3) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
4) Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 100
5) Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal
6) Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)
Dalam model pembelajaran kooperatif, diberikan beberapa jenis pendekatan yang salah satunya Student Teams Achievmet Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadiarti, 2001).
Pada STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dua laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi (Rachmadiarti, 2001).
Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa (Permana, 2004).
Menurut Slavin 1998 (Permana, 2005) ada 5 langkah ulama di dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu
1. Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.
2. Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk setiap kelompok.
3. Tahapan Menguji Kinerja Individu
Untuk menguji kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis. Setiap siswa wajib mengerjakan tes atau kuis. Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.
4. Penskoran Peningkatan Individu
Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
5. Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah (Linda Lundgren, 1994; dalam Ibrahim dkk, 2000: l8), antara lain:
1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2. Rasa harga diri menjadi tinggi.
3. Memperbaiki sikap terhadap matapelajaran dan sekolah.
4. Memperbaiki kehadiran.
5. Angka putus sekolah mejadi lebih rendah.
6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar,
7. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.
8. Konflik antar pribadi berkurang.
9. Sikap apatis berkurang.
10. Pemahaman yang lebih mendalam.
11. Motivasi lebih besar
12. Hasil belajar lebih tinggi.
13. Retensi lebih lama.
14. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Pada saat guru menerapkan pembelajaran STAD, menurut Nur (2005:89-94) ada sejumlah masalah yang dapat dialaminya:
1. Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri.
2. Siswa berperilaku menyimpang.
3. Siswa terlalu gaduh.
4. Ketidakhadiran.
5. Siswa tidak dapat menggunakan waktu latihan tim secara efektif.
6. Rentang tingkat kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran kelompok.
7. Penggunaan sistem skor perbaikan individual.
a. Sistem skor perbaikan individual dikatakan adil karena untuk memberikan poin maksimum, setiap orang harus menunjukkan perbaikan, tidak hanya melakukan seperti apa yang dilakukan sebelumnya.
b. Karena ada skor maksimum 30 poin yang mungkin diperoleh, dan karena pekerjaan sempuna selalu mendapat poin 30, maka ada siswa yang memiliki skor dasar rendah dapat memperoleh jumlah poin lebih tinggi daripada seseorang yang mendapat skor kuis terbaik yang mungkin dicapainya.
c. Meskipun poin tim didasarkan pada perbaikan, nilai tim masih tetap ditentukan menurut cara seperti biasanya Akibahya, siswa dengan kinerja tinggi yang tetap tinggi dalam kinerjanya akan tetap memperoleh nilai tinggi.
d. Karena kuis tertentu begitu sulit, sehingga hampir setiap orang mendapat poin perbaikan nol.
Tahap-Tahap/Sintak Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Rachmadiarti (2001), terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase dan Tingkah Laku Guru
Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa:
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2 Menyajikan informasi:
Guru rnenyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase 3 Mengkoordinasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar:
Guru menjelaskan kcpada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara elisien
Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar:
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi:
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Memberikan penghargaan:
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun basil belajar individu dan kelompok (Rachmadiarti, 2001 : 8)
Konsep Belajar Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).
Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :
l) KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran
2) KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah
3) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
4) Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 100
5) Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal
6) Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)